Selasa, 09 Desember 2014

PULAU DERAWAN, HARTA KARUN YANG TERSEMBUNYI



Provinsi paling timur di pulau Kalimantan, menyajikan pulau yang mempesona bagi para pelancong. Pulau Derawan merupakan salah satu surga tropis. Letaknya di salah satu pulau di wilayah Kalimantan Timur. Pulau ini berada di Berau, di selat Sulawesi dan tak jauh dari perbatasan Malaysia.
Pulau Derawan memiliki hamparan pasir putih yang mampu memikat para pengunjung. Selain itu air yang jernih menjadi daya tarik tersendiri bagi para penyelam. Apabila Anda hobi diving atau dive di sinilah tempatnya. Anda bisa berenang bebas bersama penyu-penyu. Bahkan kita dapat menyaksikan penyu-penyu hijau itu berenang, hanya dengan duduk di ujung jembatan kayu yang mengarah ke laut. Sesekali waktu penyu-penyu itu nampak berkeliaran di sekitar cottage di sekita pesisir pulau. Dan ketika malam menyapa, beberapa penyu naik ke darat untuk bertelur.
Seorang Peneliti dari Museum Tropis Queensland, Australia, Dr. Carden Wallace pernah meneliti tentang kekayaan biota laut Pulau Derawan. Hasilnya, ia menjumpai lebih dari 50 jenis Arcropora (hewan laut) dalam satu terumbu karang. Itulah sebabnya Pulau Derawan berada di urutan ketiga bertaraf internasional sebagai temapt tujuan penyelaman.
Anehnya, justru lebih banyak wisatawan asing yang tahu soal keberadaan pulau eksotis ini. Misalnya sejumlah wisatawan Jepang dari Tokyo. Mereka menuju Pulau Derawan melalui travel yang ada di sana “tembak langsung” melalui Singapura atau ke Sabah. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Balikpapan, lalu ke Tanjung Redeb menggunakan pesawat kecil. Mereka sangat suka menyelam, menyusuri keindahan bawah laut di pulau tersebut. Karena memang Pulau Derawan merupakan lokasi terbaik untuk olah raga selam.
keindahan bawah laut

Keindahan biota bawah laut Pulau Derawan bisa dilihat hanya dalam jarak 50 meter dari garis pantai. Di sana pengunjung sudah dapat menyaksikan terumbu karang yang indah. Ikan-ikan beraneka warna hilir mudik menghiasi taman bawah laut. Agar lebih nyaman menyelam, di sana tersedia penyewaan peralatan menyelam. Diantaranya pengunjung bisa menyewa snorkel seharga Rp 30 ribu per hari. Sehingga pengunjung bisa menyelam lebih dalam, untuk menemukan biota laut yang lebih “eksotis”; seperti kerapu, ikan merah, ikan kurisi, ikan barracuda, teripang, dan kerang.
Di kedalaman sepuluh meter pengunjung dapat melihat karang yang dikenal sebagai “Blue Trigger Wall”. Nama itu lahir karena pada karang dengan panjang 18 meter tersebut banyak terdapat ikan trigger.
Selain sajian bawah laut, Pulau Derawan juga menyediakan fasilitas-fasilitas tempat penginapan (cottage) dan juga restoran. Bagi pengunjung yang membawa kocek sekadarnya jangan khawatir, di sana tersedia penginapan-penginapan bertarif murah yang dikelola warga sekitar. Kisaran harganya mulai dari Rp 45.000,- hingga Rp 100.000,- per malam.
Dari Pulau Derawan, Anda juga dapat berkunjung ke pulau lainnya di sekitar Derawan. Misalnya; Pulau Sangalaki, Maratua, dan Pulau Kakaban dengan keunikannya tersendiri. Di pulau Sangalaki, terdapat populasi ikan Pari Biru (Manta Rays) yang lebarnya mencapai 3,5 meter. Malah bisa pula ditemui, jika Anda cukup beruntung, ikan pari hitam dengan lebar “bentang sayap” 6 meter. Selain itu di pulau Kakaban, Anda akan mendapati satu-satunya danau prasejarah di Asia. Sehingga tempat ini layak untuk direkomendasikan bagi para pecinta biota laut pun peneliti.
Pulau ini memang relatif kurang begitu dikenal khususnya di dalam negeri. Hal tersebut dikarenakan untuk mencapainya butuh perjuangan tersendiri yang cukup berliku. Dari Jakarta, Surabaya, Yogyakarta atau Denpasar, pengunjung harus singgah dulu di Balikpapan. Dari Balikpapan, pengunjung masih harus terbang menuju Tanjung Redeb selama satu jam. Perjalanan tersebut menggunakan pesawat kecil yang dilayani olehKAL Star, Deraya atau DAS. Selain melalui udara, Tanjung Redeb juga bisa dicapai melalui laut. Dengan menaiki kapal dari Samarinda atau Tarakan ke Tanjung Redeb. Kemudian perjalanan dilanjutkan dengan menyewa motor boat menuju pulau Derawan dengan waktu perjalanan kurang lebih 2 jam.
Kebanyakannya wisatawan mancanegara memilih mendarat di Kamura Kalimarau, Tanjung Redeb dan langsung berangkat ke pulau Derawan dengan motorboat yang sudah ditambatkan di sebuah pelabuhan khusus.
Alternatif lain menuju Pulau Derawan adalah menyeberangi laut, darat, atau sungai dari Tarakan. Jalur ini bisa dilakukan bagi Anda yang menyukai petualangan. Bagi Anda yang ingin melihat kehidupan suku Dayak di pinggir sungai Kayan, dan aktifitas nelayan di laut. Tentunya pengalaman berharga dalam perjalanan ini membutuhkan dana yang lebih dan stamina berlimpah.
Berikut adalah rute yang akan ditempuh serta rincian biaya perjalanannya:
Tarakan – Tanjung Selor, tiket speed boat Rp.80.000, waktu tempuh 1,5 jam. Setibanya di Pelabuhan Sengkawit Tanjung Selor, banyak calo yang menawarkan trayek tujuan Tanjung Redeb, ibukota Kabupaten Berau. Tanjung Selor – Berau di tempuh via darat, waktu perjalanan 2 jam lebih dengan harga Rp. 50.000, menggunakan mobil Kijang tidak ber-AC. Setibanya di Berau, melalui terminal dalam kota Tanjung Redeb.
Perjalanan dilanjutkan menuju Tanjung Batu, Ibu Kota Kecamatan Derawan, juga via darat dengan waktu tempuh 2 jam atau 115 KM, dengan biaya RP. 50.000 tergantung jumlah penumpang. Sepanjang perjalanan lintas Kalimantan bagian utara ini, infrastruktur jalan bisa dibilang lumayan. Dengan jalan aspal melewati hutan belantara, dan kampung suku Dayak.
Setibanya di di Pelabuhan Tanjung Batu, dengan panjang jembatan 250 meter, satu-satunya alat transportasi publik yang tersedia adalah mini speed boat dengan kapasitas maksimal 5 orang. Harga sewa speed boat ini adalah Rp. 250.000 sekali jalan (Pengunjung bisa menunggu orang lain yang mau ke sana dan sharing). Waktu tempuh Tanjung Batu – Pulau Derawan adalah 30 menit, sambil menikmati air laut yang sangat jernih dengan komposisi biota laut khas Indonesia Timur. (Harga tersebut adalah harga tahun 2009).
Segala keindahan pulau tropis terdapat di pulau ini. Tak dapat disangkal lagi bahwa pulau Derawan adalah harta karun tersembunyi di bumi Indonesia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar